Dampak Buruk dari Oksidasi
Sepanjang hayat, di dalam tubuh kita selalu berlangsung reaksi oksidasi. Hampir semua reaksi kimiawi yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup (organisme aerob) berlangsung melalui serangkaian reaksi yang melibatkan oksigen atau reaksi oksidasi. Semua organisme dapat hidup karena adanya reaksi oksidasi atau reaksi aerob. Oksigen menjadi zat yang paling penting untuk kelangsungan semua makhluk hidup selain air. Kita bernapas dan melakukan metabolisme untuk menghasilkan energi bergantung pada oksigen. Oksigen adalah napas kehidupan.
Reaksi oksidasi menghasilkan produk baru berupa oksidan yang merupakan radikal bebas. Kita tidak dapat menolak keberadaan radikal bebas sebab proses biologis tubuh selalu menghasilkan radikal bebas. Ditambah lagi dengan radikal bebas yang berasal dari benda mati yang ada di sekeliling kita, maka jumlah radikal bebas yang memapar tubuh kita semakin banyak. Singkatnya, radikal bebas ada di mana-mana (di dalam dan di luar tubuh kita).
Jika terjadi ketidak-seimbangan antara radikal bebas (prooksidan) dan antioksidan, maka akan mengakibatkan stres oksidatif. Stres oksidatif adalah keadaan saat jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralisirnya (kelebihan produksi radikal bebas dan kurang antioksidan). Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak (kerusakan oksidatif) mulai dari tingkat sel, jaringan, hingga ke organ tubuh, sehingga menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan dan munculnya berbagai macam penyakit.
Hal ini dapat kita lihat pada salah satu teori penuaan yaitu “ Teori Radikal Bebas” yang digulirkan pertama kalinya oleh Denham Harman dari University of Nebraska Medical Center di Omaha, AS pada tahun 1956 . Dia mengatakan bahwa tubuh mengalami penuaan karena serangan oksidasi dari zat-zat perusak. Literatur medis membuktikan bahwa stres oksidatif adalah penyebab utama penuaan dini dan timbulnya penyakit kronis seperti kanker, penyakit jantung, Alzheimer, dan lain-lain. Dampak buruk dari oksidasi (stres oksidatif) dapat dicegah dan dikurangi dengan asupan antioksidan yang cukup dan optimal ke dalam tubuh.